Dialog XLIV: It's a Choice, Again

meski kuliah aaei memang dimaksudkan untuk membentuk sikap, ceramah pak her (Ir. hermawan kresno dipoyonodi kuliah elmag atau nano lah yang paling inspiring untuk pembentukan sikap. sore itu, badai datang lagi ke kampus saat saya agak terkantuk di ruang kelas 9307. anak-anak berbisik berisik dan pak her tetap menjelaskan. 1,5 jam setelah jam masuk, pak her mengalihkan topik:
saya sudah 1,5 jam berbicara tentang knowledge, sekarang saya berkewajiban juga untuk berbicara tentang attitude. tadi saya biarkan kalian bicara dan berisik di kelas karena saya harap kalian sudah menerima knowledge-nya. tapi hasil kuis tidak menunjukkan demikian.

err... itu baru prolog. intinya pak her berbicara bahwa kuliah memang membangun attitude dan memberi knowledge. jadi meski knowledge sulit ditangkap, setidaknya attitudenya bisa bermanfaat. atau sebaliknya. namun attitude anak-anak (saya sih tidak termasuk kayaknya ^_^ insya Allah) dan hasil kuis membuat para dosen menduga bahwa mungkin ada sesuatu pada mahasiswa ataupun dosen yang membuat mahasiswa tidak menangkap attitude maupun knowledge.

err... itu juga masih prolog. tapi semoga bermanfaat. yang saya ingin ungkapkan adalah rasa kagum atas cerita pak her tentang mahasiswanya yang keterima kerja praktek di schlumberger (biasa dibaca slambersi....) tapi harus bolos kuliah 2 minggu semester berikutnya karena kontrak kerjanya. konsekuensinya, sang mahasiswa (kayaknya 2005) tidak bisa memenuhi syarat kehadiran di kuliah 80%. pak her memberikan pilihan: mendapat pengalaman lebih dengan mengambil kerja praktek namun ngedrop satu semester atau tidak mengambilnya. bagi pak her, kedua pilihan adalah baik, asal sang mahasiswa bisa mengambil sikap dan mau mengambil konsekuensinya. dan sang mahasiswa mengambil schlumberger.

err... itu juga masih prolog. yang jelas saya pun akan mengambil sebuah keputusan dengan dasar keyakinan. keputusan yang sangat berat, padahal dibandingkan dengan tujuanku datang ke kampus ini, ini hanya sebagian kecil dari hidup.
saya memiliki pegangan bahwa saya harus fokus pada karir terlebih dahulu, dan menurut saya, karena itu tidak boleh memiliki ikatan perasaan dengan perempuan manapun, karena itu berat, seperti yang saya alami sebelumnya. saya baru boleh mencari pasangan hidup setelah semuanya matang: kedewasaan, mental, emosi, spiritual, kriteria pasangan, jalan hidup, dll. semoga 5 tahun cukup untuk mematangkan semuanya.

saat inilah, ujian yang mendekati sempurna diberikan pada saya. dan karena saya ingin lulus, dengan berat, sangat berat hati, saya berpegang pada prinsip tersebut. meski bimbang, saya cenderung untuk meyakini, bahwa diakhir kekeraskepalaan saya, di ujung perjalanan menuntut ilmu yang insya Allah adalah untuk menegakkan kebenaran dan merubuhkan kebathilan, Allah akan memberikan reward yang lebih baik, atau mungkin sama. maka saya terus berjalan.


sebenarnya masih banyak yang perlu kamu pertimbangkan... namun memang satu yang saya sepakati, keyakinanmu tidak salah.

Comments

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)