bagian dua

http://xkcd.com/791/

dan seterusnya waktu terbang melesat, menjadikan kita fungsi waktu yang bergerak mendekati suatu akhir; mati. soal mati, aku jadi ingat kultum subuh di masjid al-aniyah pada tanggal 18 agustus kemarin (8 ramadhan). sebelumnya, menjelang akhir sholat subuh berjama’ah, handphone seorang jama’ah berdering dengan ringtone islami. usai sholat, penceramah kultum naik mimbar dan berkata ‘kita tidak tahu kapan kita mati, sama seperti kita tidak tahu kapan hape kita berbunyi’. penceramah melanjutkan, bahwa untungnya si pemilik handphone sudah mempersiapkan handphonenya dengan ringotone islami. karenanya, kata penceramah, kita juga harus mempersiapkan diri dengan yang amalan baik, sebelum meninggal. geli dan kagum melihat penceramah ini bisa melihat kondisi dan langsung menjadikannya bahan kultum. adalah biasa bagi penceramah untuk mengingatkan kita akan kematian. tapi aku tidak benar-benar tergerak untuk mengingat mati waktu itu. kematian siapapun. tidak juga menyangka bahwa nenek saya akan wafat pada siangnya.

kematian, selain membawa kesedihan kepada kerabat dan orang lainnya yang merasa ditinggalkan, juga selalu mengingatkan bahwasannya kematian, kita ada gilirannya. namun kali ini sedikit berbeda. aku jadi teringat bahwa kita tidak tahu kapan orang lain akan diambil oleh Alloh. mungkin besok aku yang mati, tapi bisa jadi besok adalah giliran orang-orang yang kucintai. aku jadi belajar, bahwa mengingat kematian bukan hanya menyadari bahwa kita akan selalu dibayangi kematian, tetapi juga menyadari bahwa orang-orang di dekat kita akan tiada. juga bahwa tidak ada seorangpun yang menjadi milik kita. orang-orang yang kita lihat, yang kita kenal, yang kita cintai adalah kepunyaan tuhan, pemilik semua yang hidup, dan kepada-nya lah mereka kembali.

aku jadi belajar, bahwa mengingat kematian berarti besok mungkin tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk meminta maaf kepada orang yang kita sakiti. bahwa besok mungkin tidak ada lagi waktu untuk memberi maaf kepada kawan dan kerabat yang menyakiti kita. bahwa lusa mungkin tidak ada lagi peluang untuk berbakti kepada orang tua. bahwa minggu depan mungkin kita sudah harus siap untuk menjalin tali silaturahmi yang dapat terputus sepeninggal orang tua. bahwa nanti tidak ada lagi momen yang tepat untuk mengungkapkan perasaan pada cinta terpendammu, dan kau akan sangat patah hati. bahwa mungkin sebentar lagi tiba-tiba rekan bisnismu wafat, dan gagallah urusan bisnismu. bahwabesok, salah satu dari dua orang yang bermusuhan atau bersaing mungkin akan senang karena yang satu lagi meninggal. atau mungkin akan menyesal. atau mungkin akan bersedih kehilangan pesaing. dan bahwa mungkin kita akan membawa dosa-dosa kita yang banyak dan amalan kita yang sedikit ke hadapan Alloh. mungkin yang terakhir ini yang paling penting.

dari situ, saya belajar juga bahwa saya harus berusaha untuk selalu siap. siap untuk dapat selalu dihubungi saat ada kerabat yang sakit keras kalau-kalau terjadi sesuatu (jangan sampai seperti saya yang membiarkan baterai handphone tidak dicharge saat nenek meninggal, sehingga kakak mencari saya sampai ke kampus bahkan sampai ke gedung jurusan fisika; padahal saya kuliah di teknik fisika -_-). siap untuk meluangkan waktu jika harus melayat anggota keluarga yang meninggal tanpa mengganggu kegiatan rutin dengan mengatur jadwal dan mengerjakan tugas penting dengan kecepatan optimal. siap untuk segera meminta maaf apabila berbuat salah dan segera memaafkan apabila disakiti; dan selalu husnuzhon terhadap orang lain. siap menghadapi guncangan tak terduga dalam rencana karir dan kehidupan sosial dengan merencanakannya se-fleksibel mungkin. siap dengan kemandirian dan kedewasaan, agar dapat berbakti secara maksimal kepada orang tua; juga siap untuk menjalankan kewajiban saat salah satu atau keduanya telah tiada. siap untuk kehilangan siapapun yang kita cintai; dan mungkin boleh dengan menyiapkan air mata.

dan mungkin, karena saya tidak tahu kapan saya dan orang-orang terdekat saya meninggal, saya tidak boleh membiarkan kata tidak terucap dan perasaan tidak terungkap. mungkin.

namun di atas semua itu, saya kembali diingatkan untuk tidak mati dalam keadaan kotor. atau tidak mewujudkan satu bagian pun dari mimpi. semua yang tuliskan di atas tidaklah semudah menuliskannya.

saya bertanya-tanya, apakah jika saya tahu bahwa saya akan meninggal saat beribadah nanti malam, saya akan melaksanakan ibadah tersebut? tapi saya tidak pernah diberi tahu. juga tak pernah tahu berapa banyak dosa dan amal saya saat ini. kadang saya berpikir, hidup di detik selanjutnya mungkin hanya akan menambah dosa. tapi mati di detik selanjutnya juga mungkin menutup kesempatan untuk menambah pahala yang mungkin lebih sedikit daripada dosa.
wallahu a’lam bish-showab.

tapi di sini lah saya. yang jika diberi 1 tahun lagi, entah akan diisi oleh perbuatan apa. hanya satu yang saya tahu, saya sedang hidup saat ini. dan hidup pun adalah tanda tanya besar lainnya.

Comments

Mimoji said…
santai aja bro, hidup itu gampang aja, cuma pikiran kamu yang menyusahkan. Semangatttt!!

saya titip website saya ya :D

Tahukah Anda?
Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)