Dialog LXXVI: Persatuan atau Kebenaran?

persatuan, atau kebenaran?

samiri melakukan pembangkangan saat bani Israil, yang baru saja melakukan eksodus dari mesir, ditinggal pemimpin mereka, nabi Musa as. mungkin tidak perlu lagi disebutkan tentang sapi emas yang mereka buat lalu sembah, yang tentunya bukan hal yang benar. nabi Harun as berupaya mencegahnya, namun tidak berhasil. walhasil, amarah nabi Musa as terarah kepadanya yang merupakan 'second in charge' atas bani Israil.
berkata Musa: “apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat? (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” Harun menjawab: “wahai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): 'kamu telah memecah antara bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku' “ (Qur'an 20:92-94)
...sejak saya membaca ayat ini sedikit lebih saksama, saya mencoba membayangkan jika berada di posisi nabi Harun as. saat sebagian besar orang-orang di kelompok saya melakukan kejahatan, akankah saya membiarkannya atau menentangnya meskipun akan memecah belah kelompok?

mari kita lihat pengalamanmu... hmm... waktu di pesantren, seingatku teman-teman kamu lebih sering mementingkan kekompakan (walau sering gagal) termasuk dalam melindungi teman kamu yang melanggar.

hm~ jadi sok terasing dalam kebenaran sendiri pernah juga sih. atau sering ya?

tak disangka dilema ini sering terjadi sehari-hari. lebih penting mana, melakukan hal yang benar atau kompak melakukan hal yang lebih kurang benar?

kalau dalam kasus perumusan pancasila, persatuan lebih diutamakan. pasal 'ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' pada piagam jakarta diganti menjadi 'ketuhanan yang maha esa'. demi persatuan indonesia, para perumus dasar negara mengalah, menghilangkan teks yang lebih mengandung kebenaran.

tunggu, benarkah? setidaknya, benarkah dalam kasus itu yang ditinggalkan demi persatuan adalah kebenaran?

setidaknya buat sebagian orang indonesia :p ngomong-ngomong saya membahas ini untuk sedikit menyinggung topik yang membosankan: perbedaan lebaran.

ah ya, sejak jaman dulu dibahas.

dan bukan hanya membosankan: saya masih ga ngerti hukum dan tata cara penentuan rukyat dan hisab -_-. memang dengan mencuat kembalinya topik ini, ada pengetahuan yang bertambah dan ada hal yang teringatkan kembali. namun perbedaan tetap sama; muhammadiyah vs pemerintah dan ormas Islam lain, hisab vs ru'yat, 1 derajat vs 2 derajat, global vs lokal. namun topik ini lebih panas dengan lebih banyaknya kritikan (dan sedikiiiiit hujatan) dari para ahli falak dan pihak lain, yang juga bosan dengan perbedaan hari lebaran, terhadap metode hisab muhammadiyah yang menurut mereka, usang dan tidak akurat. muhammadiyah dianggap (dan memang) biang perbedaan hari lebaran, meski bukan satu-satunya (yang berpendapat lebaran harus bareng dengan arab juga biasanya lebaran lebih awal dari pemerintah). selain itu, menurut yang saya dengar dari perwakilan persis di sidang itsbat, kisruh tahun ini semakin panas karena pemerintah menetapkan libur hari raya dengan acuan ramadhan 29 hari.

hm~ jadi, apa kamu sudah bisa menentukan mana yang benar?

hm~ belum -_- katanya wajib ru'yat karena metode ini yang dipakai pada masa Rasulullah saw meski pada masa tersebut ilmu hisab sudah ada (citation needeeeeddd). katanya kita mesti patuh pada pemerintah/depag sebagai ulul amri (kalau pemerintah sudah mengizinkan beda... ya... patuh juga :p). katanya hisab bisa dipakai karena sudah terbukti akurat, sama seperti penentuan waktu sholat (lebih masuk akal daripada membuat masyarakat menunggu sidang itsbat pada malam syawal sebelum memutuskan untuk sholat tarawih atau menyiapkan id). dan lain-lain kata-katanya.

hey, gapapa nih tetep ga ngerti?

yah serahkan urusan pada ahlinya lah :p paling enak memang ngikutin pihak yang dipercaya. pemerintahkah, atau ulama lain-kah, yang jelas, agak sulit membayangkan pengetahuan tentang hal ini dipahami semua pemeluk Islam.

ya~ seenggaknya kamu bisa kan melihat mana yang nampaknya paling mendekati kebenaran?

hm~ mungkin semuanya benar. setidaknya, masing-masing punya argumen ilmiah dan syar`i (ok, saya tidak tahu -_-).

males mikir? -_-

er~ gini deh, saat ini perbedaan hari lebaran terjadi karena masing-masing punya kriteria kebenaran masing-masing. tidak ada yang benar-benar bisa menemukan titik temu, atau mencoba untuk itu. juga tidak ada kuasa bagi pemerintah untuk memaksakan pemeluk Islam dalam persoalan ibadah karena indonesia bukan negara Islam seperti malaysia. hanya satu cara agar lebaran dilaksanakan pada satu hari bersama: mengalah.

haha, mudah sih. tapi apa memang 'kebenaran' yang dipegang masing-masing ini pantas dilepaskan begitu saja demi hari lebaran yang sama?

pantas. maksudku, mengapa harus dibiasakan pantas beda? lucu rasanya sesuatu yang bernama hari raya tidak dirayakan bersama. lagipula bukankah syi'ar persatuan umat Islam dapat lebih terasa? bukankah kita sholat id di lapangan juga untuk syi'ar?

kalau tidak ada yang mau mengalah, ya tidak apa-apa juga sih. toh kita sudah bertahun-tahun beda dan tidak ada konflik yang perlu didramatisir. namun alangkah indahnya jika persatuan dan kebersamaan muslim senegara ada di negeri dengan penduduk muslim cukup banyak ini. ketika kita mengesampingkan sejenak 'kebenaran' versi kita, sehingga kita dapat bersama dalam kebaikan, bukankah itu lebih toleran dibandingkan menjadikan toleransi sebagai alasan bagi keengganan kita untuk mengakui bahwa argumen orang lain ada benarnya?

yah semoga bisa terwujud dengan musyawarah sehat. bukan sekedar forum berisi hujatan, kengototan, dan alibi-alibi pembelaan. ngomong-ngomong, kamu sendiri pilihnya kebenaran atau persatuan?

persatuan. dengan keluarga :p karena keluarga ngambilnya lebaran tanggal 30 ya ikut aja. dah jauh-jauh mudik masa lebarannya beda. lagipula kalo kita 'care' sama persatuan muslim, ya, mulailah dari keluarga :p

-_-

oot: ngomong-ngomong, serius deh. menurut saya kita benar-benar perlu berhenti sejenak dan memikirkan kembali kata dinamis serta jumud sebelum kembali pada keterasingan 'kebenaran' masing-masing. hey! i'm also talking to you, ormas!

update tautan-tautan seputar kisruh perbedaan penentuan hari raya, yang kebanyakan tldr. saya juga ga baca keseluruhannya :p

kritik prof. thomas jamaludin terhadap sistem hisab muhammadiyah
tulisan mengenai penetapan hisab dan ru'yat
tanggapan muhammadiyah terhadap kritik

perdebatan, belum bisa berakhir ^_^ (udah deh, ngalah aja)

Comments

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)