Posts

Showing posts from November, 2009

Dialog LXXI: This Saturday Night's Poem

dengarkan, pelajar sarungkan penamu tintanya lelah mengalir seperti matamu yang lelah oleh monitor istirahatkan pikiran, tidak untuk lengah kita tahu aku telah banyak tertidur menyesalkan orang berlari sampai jauh jika lebih diam lagi aku akan tertinggal pecundang yang berdiri sendiri belakangan kamu bersemangat suatu perasaan yang hebat dengan perasaan tersebut mungkin tidak perlu lagi cinta jalanan padat, langit bersorak orang bersenang-senang tanpa aku lalu akan tetap begitu aku bukan bagian dari mereka aku belum mandiri untuk bersenang aku masih pemuda yang butuh berjuang belum tiba menebus rindu keluarga belum tiba keniscayaan berkeluarga aku melihat lewat matamu dunia di sekitar kita bergolak hubungan terjalin dan terputus menjadi kabar yang mengarahkan aliran hidup malam yang mengurangi hidup sebagian kau buang separuh disisihkan untuk istirahat yang tak santai sesekali tutuplah penamu bukakan mata dan hati

Dialog LXX: Di Negeri Para Penc***a Keadilan

pulang malam, seperti biasa. malam yang kontras dengan siang. padatnya jalan di persimpangan diganti sepi. sepi dari pengemudi, sepi dari polisi. sepi... jalan kosong tak bertuan tanpa peraturan. adalah kisah dari lembaga yang dijadikan ujung tombak pemberantasan korupsi, kpk. ini adalah babak saat ia dikerdilkan sebagai kaum cicak, dan lawan-lawannya dimetaforakan sebagai buaya yang buas dan biasanya jahat. entah mengapa, salah satunya harus besar dan salah satunya harus kecil. besar maupun kecil, konon dua-duanya sama-sama mandul dari dulu. kaum cicak konon kaum yang suka tebang pilih dan buaya-buaya konon suka berat sebelah. hei, gimana bisa cicak nebang pohon! er... entahlah... tapi yang jelas, meski banyak cicak di rumah, tetep aja nyamuknya banyak kalo malem -_-. lalu malam yang tanpa peraturan itu ditembus begitu saja. peraturan dibuat agar aman. jika kita bisa memastikan keamanan di persimpangan, maka kita bisa menjadi hakim, atau presiden, yang memutuskan bahwa lampu merah waj