Dialog LV: Coelho Calling?

when narcissus died, the goddesses of the forest appeared and found the lake, which had been fresh water, transformed into a lake of salty tears. "why do you weep?" the goddesses asked. "i weep for narcissus," the lake replied. "ah, it is no surprise that you weep for narcissus," they said, "for though we always pursued him in the forest, you alone could contemplate his beauty close at hand." "but..... was narcissus beautiful?" the lake asked. "who better than you to know that?" the goddesses said in wonder, "after all, it was by your banks that he knelt each day to contemplate himself!!" the lake was silent for some time. finally it said: "i weep for narcissus, but i never noticed that narcissus was beautiful. i weep because, each time he knelt beside my banks, i could see, in the depths of his eyes, my own beauty reflected."
paulo coelho bukunya sudah terjual 43 juta kopi dan diterjemahkan ke dalam 56 bahasa. lalu mengapa dia seperti membutuhkan satu orang aku untuk membeli salah satu master piece-nya?

ini adalah salah satu fragmen mistis dari rangkaian peristiwa yang mengantarkanku pada kondisi seperti ini yang mungkin...

yang mungkin terlalu dianggap serius oleh fajar ^_^

-_- oke! suatu sore di hari ahad 22 juni 2008, saat saya ingin mengenyahkan beberapa beban, saat saya sedang mengerjakan tugas yang lumayan penting. saat sedang mengerjakan tugas, listrik mati. oke, break ashar. beres ashar lampu dah nyala lagi. karena suntuk saya jadi ingin pergi ke suatu tempat. mungkin ke mall, toko buku, atau tempat-tempat menarik yang belum pernah saya kunjungi. namun setiap ada tugas, selalu saja saya agak sok sibuk dan memprioritaskannya, meski akhirnya ga beres-beres juga. karena itu setelah ashar saya berniat menyelesaikan tugas saya lagi. saya bisa menebak, saya ga bakalan jadi bepergian. sampai listrik mati lagi (dan saat itu laptop saya tidak pakai baterai). kalau boleh, sumpah serapah dan kutukan lah buat stakeholder perlistrikan negeri ini yang sudah membuat 'aliran' dua kali dalam selang kurang dari 2,5 jam. lalu aku pergi.

ke suatu tempat yang familiar dengan kegiatan yang jelas seperti bec atau gramedia di jalan merdeka? atau mungkin gramedia lain di mall yang bermacam-macam di kota bandung. saya putuskan saja di jalanan. saat ini, pikir saya, yang penting berada di jalan dengan pemandangan yang berubah-ubah. tanpa tujuan yang pasti. niatnya sih kalau mentok ya ke bec atau gramedia merdeka saja lah. sebab tempat yang lebih asing beresiko kena syndrom 'raja sesat' baik saat pulang maupun berangkat. tapi suntuk membuatku ingin pergi ke tempat yang lebih jarang dikunjungi. pertama mungkin ke gramedia pvj. kedua mungkin gramedia istana plaza -kalau ada.

pilihan kedua muncul karena seorang teman memberi petunjuk ^_^.

-_- tapi tetap saja ada yang aneh! setelah keliling-keliling, kebetulan lewat pvj namun mungkin karena macet dan merasa akhir-akhir ini sudah ke sana merasa gak mood untuk pergi ke sana. meski ada sedikit ingatan bahwa di sana ada gramedia. berarti saya akan coba pilihan kedua. seingat saya, untuk pergi ke sana, petunjuknya adalah belok dari pasteur, ga naik jalan layang. yah masih tidak jelas juga. namun sore itu tiba-tiba insting saya bagus! tidak lama kemudian saya sudah menemukan istana plaza. penasaran dengan kebetulan ini, saya mencoba masuk ke sana.

istana plaza sudah tidak begitu asing. akhir-akhir ini kalau ibu mengajak ke mall salah satu yang sering dikunjungi adalah mall sini, entah apa bagusnya (setidaknya sejak tingkat 1; saat saya membuat peraturan pribadi di notes hp). ini pertama kalinya saya sendiri ke sini (dan baru ingat kalau dulu main ice skating bareng anak-anak comlabs juga di sini). jadi mungkin saat itu saya harus: ngambil uang di atm, keliling-keliling ke gramedia, belanja, nyobain hotspot. lewat saja kegiatan lainnya, termasuk saat iseng masuk ke ace hardware (dan sok-sokan nyatet barang yang kira-kira bisa dibeli buat ditaruh di ruang asisten). lalu saya menemukan gramedia. belum lama berjalan dari bagian stationery dengan menanggung ransel (isi laptop, jadi ga bisa dititipin, argh! berat!) saya tiba-tiba melangkah ke rak di dinding yang berlawanan dengan pintu masuk. ada buku paulo coelho.

judulnya yang sebenarnya menarik saya. dan tidak bisa disebutkan di sini (yang sudah baca akan tahu, tapi yang tidak tahu saat ini lebih baik saya biarkan tidak tahu). tiba-tiba seperti ada memori bahwa seseorang memilikinya. entahlah. tapi saya baca buku yang tidak diplastiki tersebut.
anak laki-laki itu bernama santiago. senja sudah menjelang ketika dia tiba bersama kawanan dombanya di sebuah gereja yang terbengkalai.
mbheee...
itu bukan kata yang saya baca tapi suara yang saya dengar! entah darimana, mungkinkah dari buku tersebut? sebenarnya saya tidak begitu ingat kapan suara itu muncul tapi saya lanjutkan membacanya sedikit lagi sampai halaman 9 atau 10.

sampai ini mungkin ^_^:
tapi selama beberapa hari belakangan ini hanya satu yang dia bicarakan pada domba-dombanya:
lebih! bagaimanapun itu mungkin bagian dari beban yang ingin saya enyahkan, suatu ujian mungkin. lalu saya berkeliling melihat-lihat buku lain. setelah jeda maghrib dan isya (sekitar dua atau tiga kali naik turun dari basement ke lantai atas) baru saya memutuskan untuk membeli beberapa buku. sebelumnya belanja dulu di carrefour. saat ini memang memori tentang hisapbu -himpunan santri pencinta buku- agak sering terkenang. membuatku rindu akan membaca. jadi saya beli buzzmarketing dan buku tentang blogpreneur (yang covernya bagus namun isinya 70% sampah, atau mungkin lebih baik tidak disebut sampah, tapi hanya kutipan singkat dari berbagai website tanpa penelitian dan telaah mendalam).

dan bagaimana dengan buku paulo coelho itu?

suara kambing yang muncul mungkin berasal dari semacam alat peraga atau alat bantu belajar buat anak-anak. kebetulan saja muncul saat saya mebaca buku itu. itu mungkin saja suatu petunjuk dari Allah, namun bisa saja bisikan iblis. saya putuskan untuk menganggapnya bisikan iblis dan pulang setelah dihubungi bahwa orangtua saya datang menjenguk. meskipun begitu, peristiwa tersebut saya simpan dalam ingatan.

hingga tanggal 22 juli 2008 (saya baru sadar bahwa jaraknya tepat sebulan dan tanggal 22!) , kawan saya yang adalah seorang penulis dan suka berdiskusi mengajak saya betemu di kafe ngopi doeloe, di belakang gramedia jalan merdeka. lepas ashar pula, saya berangkat ke sana. meski parkirnya agak sulit, namun dapat juga. saya agak gugup memasuki kafe untuk kalangan menengah ke atas ini, namun di sana sudah ada dua kawan saya. sedang berdiskusi.

dulu saya sering berdiskusi. namun saya sudah tidak terbiasa lagi dengan diskusi pemikiran, apalagi tentang literatur. selama ini memang saya lebih sering berdiskusi tentang hal-hal praktis dan teknis, terutama dalam organisasi. atau mungkin jarang berdiskusi. namun seperti biasa, saya berusaha menjadi pendengar yang baik dan menyerap sebisa mungkin informasi yang bermanfaat. hingga diskusi kami sampai kepada buku-buku (karena sebelumnya mereka melihat buku buzzmarketing yang akhir-akhir itu saya baca).

saya memang kurang memiliki pengetahuan tentang literatur, namun akhirnya sampai juga pada paulo coelho. kata kawan saya tersebut, coelho itu disebut-sebut sebagai 'nabi'. yah mungkin 'nabi' bagi agama penulis. tapi kami muslim koq, jadi kami tidak sedang mendiskusikan pembentukan pauloiyah yang menandingi ahmadiyah. lalu saya ceritakan tentang buku yang saya temukan sebulan lalu beserta peristiwanya. mereka bilang itu adalah master piece dari paulo coelho. buku itu menceritakan bahwa dalam hidup itu kita belajar untuk membuat pilihan. ou ya... ya... ya..., saya sudah menonton tiga film superhero hollywood kelas-b yang pesan ekstrinsiknya adalah 'pilihan'. ngomong-ngomong, hari ini pun sedang ada pemilihan walikota bandung. lalu mereka berkata bahwa buku ini bercerita tentang tokoh yang memilih antara sesuatu atau meninggalkan sesuatu tersebut untuk legenda pribadi-nya. heh? saya langsung tersedot, seakan-akan kata-kata tersebut memiliki gaya tarik 2 kali lipat grafitasi bumi. lalu saya berkata dalam hati: mungkin saya harus membelinya.

usai jeda maghrib, kami pergi ke gramedia (gramedia pada hari kerja adalah tempat yang indah untuk dikunjungi, apalagi kalau agak lebih siang atau sore, banyak perempuan cerdas berjilbab keluar-masuk; dan bonusnya adalah seragam putih abu ^_^ argh!). seperti sebulan yang lalu, hanya melihat-lihat dulu. seorang teman bilang lebih baik melihat-lihat buku di gramedia dan membelinya di palasari, biar lebih hemat. namun waktu itu nampaknya saya tidak mau repot ke palasari.

jadi setelah seorang kawan pulang duluan, saya baru akan memutuskan untuk membeli buku tersebut atau tidak. saya meminta saran pada kawan saya yang seorang lagi, apakah saya harus membeli buku tersebut atau tidak? apakah buku itu seru? dan saya juga menceritakan ulang kisah itu. katanya dalam buku tersebut diceritakan bahwa kadang kita melupakan cita-cita untuk suatu kenikmatan yang nyaman (yah kira-kira begitulah). pada akhirnya saya memutuskan sendiri.

usai dari gramedia, saya pergi ke pvj untuk menemui kawan yang lain (untuk acara hedon gak jelas si... ergh!). saya nyangkut lagi di gramedia pvj sambil menunggu kawan tersebut. dan malam hedon yang agak ga jelas tapi menyenangkan dan mengenyangkan itu berlalu.

dalam tas saya sudah tersimpan buku tersebut. saya yakin di dalam buku tersebut ada sesuatu.

bismillah...
bisikan iblis atau petunjuk dari Allah, akan saya tentukan setelah membacanya.

10 agustus 2008, h-7 dari gerhana bulan. saya merasa baru sampai di toko kristal saat santiago berada di tengah gurun pasir bersama karavan.

btw, karena merasa tanggal 22 berikutnya adalah firasat buruk, fajar tidak ingin beraharap atau mengingat apa-apa, selain bahwa itu adalah hari lahir salah seorang kawannya yang berdiskusi dengannya itu.

update 28 agustus 2008 21:00
yup, tidak ada yang benar-benar spesial seperti 22 juni dan 22 juli pada 22 agustus (atau saya belum menyadarinya). btw met ultah pi.

Comments

Lagi males bacanya.... -_-
Zakky Rafany said…
Kau hampir melupakan satu hal: Legenda Pribadi. Ini yang akan menuntunmu untuk mengetahui apa yang kau inginkan dan menemukan siapa dirimu sebenarnya...
Zak, saya belum sampai ke legenda pribadi. Santiago saja baru berada di tengah gurun, sedangkan saya masih di toko kristal.
Anonymous said…
Benar-benar tulisan yang mendalam, sampai-sampai saya merasa perlu memberi komentar :)


Koq bisa jay nulis sampe sedalem itu? apa mungkin setiap hal yang kamu lakuin pake perenungan jadi imbasnya baca buku aja kayak indigo, he.he..he


-duha
@duha: ini terjadi kalo kamu kebanyakan mikir n agak suka mendramatisir suasana ^_^
Anonymous said…
Lucu euy...

Hoa,,hoa,, gak nyangka Mister ternyata suka mendramatisir suasana... panjang bangetz...
Tapi lucu lah,.hehehe... Aneh...
Anonymous said…
hmmm...
blom pernah liat bukunya...
coba baca gil, bagus lho
alhamdulillah dah khatam bacanya -_- (maak bulan puasa malah mengkhatamkan ini... argh!) zack kamu bohong, di sini ga ada soal legenda pribadi -_-
Zakky Rafany said…
Saya tidak bohong Jay, The Alchemist yg awal2 menceritakan tentang legenda pribadi. Kata temen saya, buku yg kau beli itu cetakan baru. Kalo yang cetakan sebelumnya ada tentang legenda pribadi. Kata temen saya juga, cetakan lama dan baru ada sedikit perbedaan. Mungkin itu salah satunya..
Unknown said…
Jay. Akun blogger saya yang dulu entah kenapa dinonaktifkan blogger.com, jadi tidak bisa saya akses lagi. akhirnya saya memutuskan pindah alamat ke www.fahd-isme.blogspot.com dengan alamat domain tetap www.ruangtengah.co.nr
jadi link ke blog saya kalo bisa diganti aja sama yang itu. Thanks ya, Jay. :)

Regards,
Fahd
www.ruangtengah.co.nr
www.fahd-isme.blogspot.com

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)

Dialog LXVI: Penutup