Dialog IV: All Geo-Scientists are To Blame

sampan yang akan membawamu kembali kesana akan segera berangkat, itu kata temanmu. segala ujian telah berlalu. tinggal tugas-tugas dan pekerjaan yang bisa disela-selai. jangan hiraukan kekejamanmu dan segeralah naik, berlayar kesana. agar kau bisa menghilangkan rasa bersalahmu.

lebih baik aku sela-selai tugas dengan pekerjaan lain. pokoknya, aku menerima segala konsekuensi yang akan terjadi, apapun yang akan ‘dia’ lakukan padaku.

baiklah, terserah deh… tapi aku tahu. meski kau tidak akan kembali, kamu akan membuat sebuah ‘message in the bottle’ bukan? hehehe… oh ya apa yang kau impikan malam kemarin? aku lihat teman-temanmu ada disana dalam suasana yang lama. anehnya aku, juga kau, melihat temanmu yang di jogja itu nyesep.

tidak mungkin dia merokok. apalagi dengan cara yang aneh seperti itu. aku bersyukur dia dan teman-teman yang ada di jogja selamat dari gempa. yang belum kuketahui kabarnya adalah senior-senior ku yang kuliah disana. apakah mereka selamat? apakah ugm juga rusak seperti umy?

tidak biasanya kamu mengkhawatirkan seseorang dalam suatu bencana nasional. biasanya kamu hanya mendengar tangisan-tangisan di berita dan melihat wajah-wajah mereka yang menderita. namun tidak tersentuh hingga datang kesana menjadi sukarelawan. atau setidaknya meyumbang.

kamu pikir aku tidak punya perasaan? aku juga mengkhawatirkan kerabatku ketika ada tsunami di aceh. untungnya mereka selamat, bahkan rumah mereka juga. gempa di jogja ini memang tidak kuduga dan aku tidak mengira akan sebesar ini. jogja bagai diapit dua dedemit raksasa. satu di utara, di puncak gunung merapi yang akhir-akhir ini menyemburkan wedus gembel. satu lagi di selatan, di tengah samudera hindia yang menjadi pusat gempa. katanya, jarak pusat gempa itu dari jogjakarta sekitar 39 km… atau berapalah… dan kekuatan gempanya sekitar 5,9 skala ritcher. aku tidak mengira gempa dengan kekuatan 6 atau 5 ritcher mampu menghancurkan.

tentu saja. kamu kan bukan calon ahli bumi dan biasanya tidak tertarik dengan geologi atau geofisika. hei, apa sebenarnya ilmu yang menyinggung masalah pergempaan itu?

entahlah, aku lupa lagi. kalau tidak salah, geofisika dan meteorologi. di itb ada program studinya.

jadi, itb telah kehilangan eksistensinya. seperti dalam penanganan sampah di bandung. teknik lingkungan tidak berfungsi. akhirnya malah departemen eksternal keluarga mahasiswa itb yang katanya turun tangan. tidak dilarang memang, tapi teknik lingkungan dengan pengetahuan mengolah limbah dan pengetahuan yang lebih dalam tentang ekologi dan pengelolaan sampah jadinya tidak berguna. selalu seperti ini, keluarga mahasiswa dengan kemahasiswaannya lebih berperan vokal daripada ke-iptek-kannya. contohnya, waktu zaman reformasi ’98….reformasi ‘dah lewat ya? jadi, apa yang membuat itb menjadi institut terbaik bangsa? apa yang telah diberikan itb kepada bangsa? soekarno yah?

nggak hanya soekarno!! itb beserta mahasiswa dan dosennya berhasil memecahkan banyak persoalan di indonesia.

tapi kalah sama lulusan stm soal pembuatan energi alternatif, arang briket.

begitulah, gerak para ilmuwan dan insinyur memang gaib!!! kontribusi orang itb mungkin sudah banyak namun kita tidak akan mengetahui secara langsung siapa yang telah berkontribusi dan apa kontribusinya seperti kita mengenal samsons. lagipula, ilmuwan dan insinyur itb biasanya terjebak dana ketika ingin mengaplikasikan suatu inovasi. apalagi sekarang beberapa mahasiswa cenderung cari uang di perusahaan luar negeri atau di perusahaan yang tidak sesuai dengan bidang ilmunya.

apa bisa disebut ini ketidak-berdayaan orang itb yang notabene gudangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia? bahkan untuk sekedar memberitahu?

hey! jogjakarta itu kota pelajar!!! di sana ada ugm dan lain-lain!! pastinya mereka memiliki jurusan geofisika atau geologi dan memiliki pengetahuan tentang vulkanologi dan… hal-hal yang menyangkut gempa kitu kan? lagipula orang jogja sudah lama aneh. kota pelajar yang juga kota etnik yang masyarakatnya masih banyak yang percaya tahayul. Nggak baik sih ngecap mereka seperti itu. Namun begitulah… pelajar di kota pelajar seharusnya membuat masyarakatnya terpelajar juga kan?

Jadi sebagai bagian dari indonesia, itb merasa tidak punya tanggung jawab terhadap jogjakarta?

Memangnya sudah ada bukti bahwa gempa di jogjakarta sudah dapat diramalkan? Aku sudah banyak mendengar bahwa gempa dan tsunami di aceh sudah dapat diprediksi namun untuk jogja aku belum mendengar.

Jadi, untuk apa ada ilmuwan yang mempelajari gerak tektonik permukaan bumi? Aku tidak meminta mereka bertanggung jawab atas korban gempa sih… aku hanya mempertanyakan, apa yang mereka lakukan setelah lulus.

Manakutahu!

Comments

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)