Dialog IX : Years of Waiting

sungguh lebih pantas aku menceritakan tentang revolusi sekolah kemarin atau tentang kesibukan-kesibukanku di comlabs. atau tentang umbul-umbul serta spanduk dari km atau tentang 17 agustus. lebih pantas aku berbicara tentang oskm dan perang maya mereka dengan rektorat. namun bulan di langit malam yang dingin terlihat setelah sekian waktu. bulan sabit itu bagai langit malam yang sedang tersenyum. manis. andaikan dia seorang gadis. tabir awan kelabu terbuka. segumpal demi segumpal, kabut menyingkir dan awan menghindar dari sinarannya. namun cahaya tersebut masih terlalu beku untuk kumaknai. ada perasaan takjub sebagaimana aku melihat bulan purnama. sedangkan bunga mekar lagi. namun aku tidak seperti ibu yang tahu banyak tentang bunga. ibu bisa merawat dan memelihara bunga. namun kemampuan itu bukan yang ibu turunkan padaku.

aku telah membaca maksudmu. kemukakan apa yang hendak kita utarakan. ada kenangan banyak untuk menunda pembicaraan tentang revolusi sekolah. biarlah kesibukan di comlabs berlalu bersama kesenangan dan semangatmu. tentang umbul-umbul, itu bukan kesalahanmu. 17 agustus selalu hadir dengan nuansa optimistis yang maya. untuk oskm, biarlah ia hanya ada dalam memori. semangat mereka yang ada dan kebenaran yang mereka usung. semoga saja mereka tidak selamanya berada dalam perjuangan yang gamang melawan kekuasaan yang juga hampa. baiklah. kita bicarakan kemunculan bulan. dan juga bunga. kamu masih harus menunggu lagi untuk mendapatkan bulan purnama. namun juga harus menjaga bunga sampai ada yang mau merawatnya. lalu apakah mimpimu telah berakhir?

cita dan mimpi yang ingin kucapai masih terlalu jauh. yang ingin kudaki adalah pusat mentari. serta lukisan yang digoreskannya saat sandekala. aku menyukai bulan dan bunga. dengan jujur dan mungkin juga dengan dusta dan tipuan. namun saat bulan purnama berganti kembali menjadi bulan mati, tak ada kesempatan bagi pengecut yang tidak suka keluar malam untuk memuja keelokannya. sedangkan aku tak mampu merawat bunga.

bunga yang tumbuh dari pot di pekarangan rumah adalah satu yang bisa kau pelajari untuk merawatnya. maukah kau belajar? bulan, serendah apapun ia, kamu tidak memiliki kepentingan untuk tiba di permukaannya. sesering apapun kamu diam-diam meliriknya.

namun tetap aku meliriknya. aku berkata bahwa aku tidak tergugah dengan segala macam bulan. namun aku tergetar juga. tapi sudahlah. tidak kubiarkan semester ini kacau. namun aku selalu merasa tersiksa dengan segala hal memalukan pada hari yang berlalu.

bagaimanapun,
be strong, fajar...

Comments

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)