Dialog XIII: Agony of Arrogance

Suatu hal yang penting untuk diungkapkan meski perasaan ini sudah lewat. lewat dialog ku denganmu dalam maya, aku sudah dapat mengurangi derita ini.

well, apa hal penting yang kamu ingin bagi ini. arogansi?

yah. untungnya aku bukan orang yang terlampau egois yang mengatakan, aku nggak suka kalau ideku yang sudah dipikirkan matang ditolak sehingga membuatku down. aku sebenarnya selalu begitu. dalam pembicaraan dengan orang yang tidak aku anggap superior dan dekat. hm... orang-orang yang seperti apa ya?

hampir semua orang, fajar. semua orang yang mengungkapkan pemikiran yang bertentangan, berbeda, dan menyinggung pemikiranmu. dari sanalah arogansimu muncul.

sepertinya betul. hm... memang betul. apakah aku masih seperti yang dikatakan kakakku bahwa aku gak bisa dinasehatin?

itu sih mungkin kamu yang masih berfikir seperti itu.

bisa jadi. namun ini juga karena aku merasa superior. lebih daripada yang lain. atau tidak mau dianggap kurang dari yang lain dalam suatu hal. aku menganggap diriku memiliki nilai lebih sebab aku adalah lulusan da. harusnya setelah mendapat banyak ilmu di da, aku memiliki suatu pegangan ilmu yang tidak dikalahkan oleh ilmu yang datang dari orang lain. aku bosan berpindah-pindah pemikiran. aku bosan pendapatku selalu salah.

lalu kamu menemukan jawaban. pertama, itu adalah arogansi.

kedua, meski sakit, aku harus menghargai pendapat orang lain.

ketiga, sebagai dirimu atau sebagai orang da, kelebihanmu haruslah kelapangan hati untuk menerima perbedaan dan terus berkembang dengan ilmu yang kau dapatkan dari mana saja. meski kamu mungkin merasa jijik jika mengingat bahwa kamu menerima pendapat orang lain yang tidak lebih dari diri kamu.

ya, kelapangan dada atau apapun itu disebutnya... hanya ini yang kemudian dapat aku banggakan pada kamu dan aku.

dan seperti biasa, be strong, fajar. kebenaran lambat laun akan singgah dalam hatimu jika kamu kuat dan tidak hanya mencari yang sesuai dengan ego.

yah. stupid ego.

hehehe....

Comments

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)