Dialog LXI: Teralis

berbagai jenis dan desainnya, tujuannya untuk mencegah seseorang terjatuh dari jendela lantai dua dan melindungi rumah dari orang jahat di luar sana. sejak remaja, saya mulai membenci teralis sebab mempersulit saya untuk membuka jendela, terlebih menelonjorkan kepala untuk melihat pemandangan lebih luas dan menghirup udara pagi yang segar (kalau semalam atau subuhnya tidak ada yang bakar-bakaran). namun keluarga saya mungkin memang teralisholic. terutama semenjak rumah kami kemasukan maling, bahkan di pintu yang menuju ke bagian luar rumah dipasangi teralis. padahal di kamar saya, ada 'penjahat' yang terpenjara dibalik jeruji besi tersebut.

tanpa bermaksud mempersalahkan sesuatu atau beberapa orang, saya merasa selalu ada di balik teralis. saat menyepi di taman ganesha, berlindung di sekretariat asisten comlabs, maupun di masjid, sepertinya saya membawa-bawa teralis. di kamar saya bahkan saat berbaring di atas pembaringan maka saya akan melihat langit-langit melewati teralis.

sebenarnya itu ranjang tingkat dua yang tidak dipasang kasur -_-

^_^' akhir-akhir ini teralis itu seakan-akan sebuah sangkar yang dasarnya tetap menancap di rumah, sehingga saya merasa harus selalu kembali ke rumah. kadang malah sangkar itu terlalu berat untuk dibawa. walhasil, si anak rumahan sejak sd ini semakin melembam dalam kenyamanan.

suatu waktu, mungkin burung dalam sangkar bisa melesat keluar menuju kecepatan 80 km/jam dalam suatu petualangan. namun akhir-akhir ini petualangan itu dirasa kurang. mungkin juga petualangan itu malah semakin memperberat sangkar. karena bahkan saat terbang ngebut, sangkar itu tetap mengurung sang burung. burung layang yang berubah menjadi nuri pelan-pelan semakin yakin bahwa rumah adalah tempatnya membenci.

terlalu berlebihan untuk diungkapkan saat orang lain tidak punya rumah. keluhan yang tidak pantas saat palestina diusir dari rumah menuju penderitaan dan saat ratusan warga harus berbagi rumahnya dengan lumpur. mungkin memang tidak perlu terbang. mungkin yang diperlukan hanya perasaan bahagia dan bebas. teman kamu ngeplurk:
not need flying, if u wanna free just make u'r heart feel free
tapi selanjutnya batu sandungan kami sama, human can't control his feeling.

bisakah?

Comments

Aih comment plurk gw ada di sini =)
masih feel suffer ya Jay?
suffer means we still alive ^_^
Zakky Rafany said…
Mungkin itu teralis imajiner jay haha...
Anonymous said…
bagus juga isinya jar,, tentang teralis,,

siapa bilang manusia ga bisa mengontrol rasa?

coba aja kau tarik tarik itu bibir ke samping terus lo tarik tarik itu pipi ke atas,, pasti senyum,,
@zack
ada yang ril ada yang imajiner, keduanya signifikan, tapi sebenarnya sih yang imajiner bisa diabaikan, cuman kadang bisa membantu perhitungan

@kasyfi
kalau muka ditarik-tarik malah jadi konyol itu... atau muka saya yang dah tua makin melar -_- tapi memang sih setidaknya kita bisa berusaha membuat perasaan kita jadi enak, cuman ya hasilnya tidak 100% pasti.
Anonymous said…
ya ampun kak fajar...

dialog LXI?

Btw, teralisnya dalem ya. :D

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)