Dialog LXIV: Dies Decision

hari ini adalah perayaan bagi setahun keputusan
festival bagi penderitaan, tarian di bawah badai
aku telah berpihak pada badai,
sekali lagi mengalahkan diri yang lugu mencinta

mungkin memang benar, bahwa badai yang membawanya
badai yang tidak diundang, mengusir bunga yang tiba-tiba jatuh
badai yang tidak diundang disambut hangat
tamu yang datang lebih dulu, dihiraukan

si diri yang lugu menderita
mencoba berdiri tegak
supir yang mengantuk dalam kegelapan, membawa dua amanah yang harus disampaikan, dihujani oleh angin yang membawa mahkota-mahkota bunga menabrak pembatas jalan, tidak sampai kemana-mana
sesekali bahkan melindas sosok lain
sesekali melindas air mata satu tahun lain yang disesali

berdiri lah dalam kehancuran
di antara gelap dan terangnya fajar
satu tahun tidak akan selesai

maksain bikin puisi setelah lama tidak bikin tuh susah ya? ^0^

yang penting jadi! ini demi perayaan dies decision. celebration of choice. setahun bagi sebuah keputusan yang membuat karir saya di comlabs makin berat. berpengaruh juga dalam mengaburkan fokus saya saat kuliah, beraktifitas di form@t, maupun dalam mimpi.

hah?

diakui atau tidak, memang hal itulah yang menyebabkan berkurangnya etos kerja saya. namun memang keputusan itu dibuat untuk kebaikan saya dan orang lain. hanya saja saya tidak menyangka resikonya akan sebesar ini.

mmm... kita bisa kan berpikir bahwa, seandainya kamu tidak membuat keputusan itu, bisa jadi kan hidup kamu malah tambah sulit? bisa saja kan kamu lebih kuat bertahan dan berjuang melawan yang kamu anggap sebagai 'efek samping dari keputusan itu'? kamu bisa saja bersikap positif dan membuat kebahagiaanmu sendiri dan menciptakan produktifitas.

saya jadi sering lupa rasanya bahagia ^_^. kira-kira setelah keputusan itu juga. saya merasa, ada sesuatu yang selalu mengarahkan saya agar tetap pada keputusan ini. dan alhamdulillah, telah satu tahun. jika dilihat dari apakah saya melanggar prinsip dalam keputusan tersebut, maka saya mungkin berhasil. tapi secara keseluruhan, saya kurang memanfaatkan semuanya dengan baik. hasilnya, diri yang kembali hancur ini.

sekedar mengingatkan, pada dasarnya ini adalah keputusan dengan prinsip yang sama sejak 9 tahunan yang lalu. dan saat ini, bukanlah saatnya untuk lengah dengan setahun keberhasilan 'memegang teguh keputusan'. is that all you can do?

ok, saya memang menyedihkan -_-. hari ini akan dimulai rangkaian dari suatu festival yang entah akan saya isi dengan apa. tadinya saya akan rayakan hari ini (yang seharusnya dirayakan bukul 7:37 pagi tadi atau kemarin malam) dengan merapungkan laporan kegiatan dka. tapi ga bisa ternyata -_-.

after a year, you learn many things. however you still need to be strong.

amin.

untuk satu jiwa yang sepi
jiwa yang tersembunyi lebih lama
dan setahun air mata yang mengalir sebelumnya
mungkin suatu saat akan datang pengakuan yang berbeda

-malam maulud, dengan playlist lagu-lagu boyband (hueks!)-

Comments

Unknown said…
Setahun yang terasa sangat panjang yha? Kursi panas yang menuntut dedikasi, kerja keras, dan kerja cerdas. Sering mungkin terbersit pertanyaan, "Am I walking alone?". Yha emang susah-susah-gampang sih menahkodai kapal sebesar ini dengan kru berlatar belakang yang (makin) sangat beragam. Yang jelas kondisi sekarang (sepertinya) sudah beda jauh dengan dulu (sori kalau ternyata analisis saya tentang kondisi kapal ini banyak yang kurang akurat). Delegasi kewajiban di berbagai tempat sudah bisa jalan mandiri. Saya SALUT! Kalau dulu mau-gak-mau mesti dipegang sendiri karena "minimnya SDM" (mungkin sebenarnya ini cuma alasan yang dicari-cari). Beberapa orang terpercaya dengan daya juang lebih (THX alot friends!) terpaksa saya "paksa" merangkap 2-4 posisi demi keberlangsungan target. Lobi-lobi personal-pintu-belakang udah jadi barang wajib, "forum" cuma sebatas formalitas, gak ada rasa memiliki untuk proaktif cari info. Tapi ada kebanggaan tersendiri yang muncul dari kondisi serba terjepit seperti itu. Yap, ternyata LOYALITAS itu masih ada, dan saya alhamdulillah berkesempatan untuk bekerja sama dengan orang-orang hebat seperti mereka. Hal lain yang saya anggap positif adalah munculnya rasa KEKELUARGAAN dan MEMILIKI kapal ini dari orang-orang tersebut (mungkin cuma 10-20% dari total kru, gak masalah). Capek dan dinginnya bekerja di dalam struktur formal yang kita buat sendiri benar-benar mencair ketika kita ngumpul di ruang-pojok-tercinta. Off-the-record, "kapal sebelah" sejak dulu memang sering bikin iri kru kita untuk masalah nge-fun, kesannya kapal kita ini sangat-gak-berpenghasilan, yha memang konsep dan basis pengembangannya jauh berbeda sih. Oke, anggap aja ini sekedar curhat colongan yang terpendam dari generasi lama penghuni kapal ini. Yang ingin saya tarik dari cerita ini dan mungkin bisa digunakan untuk bahan evaluasi ke depannya agar dosa-3-periode gak berlanjut adalah seperti berikut ini: (Kenapa 3? Karena sistem rekrutmen 3 periode terakhir sepertinya benar-benar mengadopsi grand-design yang kami buat. Jadi sedikit-banyak kami mesti turut andil bertanggung jawab kalau ada indikasi timbulnya efek samping dari sistem rekrutmen tersebut)

#1. Mesti ada kenginan dan rasa memiliki yang kuat dari dalam masing-masing kru untuk mendorong kapal kita ini ke arah yang benar. Gimana cara menimbulkannya? Tiap-tiap generasi punya caranya masing-masing. Apapun itu saya harap semoga jangan sampe rasa memiliki itu muncul karena faktor DUIT. Kalau sekedar sebagai reward dan efek samping sih gak apa-apa. Fokus aja ke pengembangan diri masing-masing lah, have fun friends.
#2. Hilangkan masa vakum. Kerasa kan ada jeda kevakuman yang lumayan-bikin-membosankan selama beberapa saat setelah rekrutmen kru berakhir? Saya lihat di sinilah saat-saat kita paling banyak kehilangan kru potensial. Biasanya jeda ini terjadi setelah kita kelelahan menyelenggarakan acara tahunan pelatihan-untuk-anak-baru, dan tidak segera diikuti dengan kesibukan lainnya. Gatau sebaiknya jeda ini diisi dengan kegiatan macem gimana, mungkin yang tipenya ringan dan senang-senang aja, mengingat biasanya ini terjadi di akhir tahun yang banyak liburan.
#3. Pengkotak-kotakan yang kaku, perlukah? Kalo ini mungkin memang sudah jadi tuntutan profesionalisme masa kini, meskipun saya lebih suka dengan situasi yang lebih mengalir dengan hubungan yang lebih dinamis antar bagian dengan tetap dapat memposisikan dirinya sedang berada di "kotak" mana dia sekarang.
#4. Sudah sejak dulu setiap memasuki masa transisi pergantian nahkoda kapal, gak ada satupun yang langsung mengajukan diri. Oke, posisi ini memang tampak kurang menarik (apalagi setelah melihat curhatan di atas :D). Tapi percaya deh, banyak hal dan pengalaman menarik yang bisa di dapat di sini. Kapal ini menjadi saksi banyak milestones penting dalam kehidupan saya. Thx bwt M*****, B***, dan sesepuh-sesepuh lainnya yang waktu itu turut terlibat di balik layar detik-detik bersejarah pergantian kepengurusan 2005-2006. Untuk ke depannya, saya usulkan agar kepengurusan-ruang-pojok bisa lebih diarahkan ke pengelolaan dan pengembangan SDM saja namun lingkupnya menyeluruh ke seluruh unit di kapal ini. Diharapkan dengan begini sejak awal beban sudah bisa terdistribusi dengan jelas, sehingga tidak tampak berat. Hmmm, sepertinya malah makin bikin ngga menarik yha? Kurang menantang :P... [Mari kita diskusikan]
#5. Sejarah kapal ini sudah panjang teman. Ombak besar dan badai sudah dilaluinya. Lautan tenang yang penuh romansa pun sering menjadi bumbu penyegar kru kapal ini. Dan sekarang mari kita bantu dia melewati batuan karang besar bernama EGOISME. Jangan biarkan dia karam, dayung dengan semangat KEKELUARGAAN dan rasa MEMILIKI. Ini rumah kedua kita.

Tampak terlalu mengawang-awang? Yah cuma secercah sinar ini mungkin yang bisa diberikan oleh seorang kru tua yang kini cuma bisa mengamati dari puncak mercusuar di pinggir pantai. Silakan pegang kemudi, kapal ini butuh nahkoda. Mari jadikan cerita ini sebagai sebuah kisah klasik untuk masa depan. ;)

Komentar ini khusus ditujukan untuk sang nahkoda 2008 dan semua kru-sepanjang-masa our-beloved-corps (gak ada kan yang namanya mantan kru? :D), di mana pun kalian berada. Miss you all guys... :)
Wisnu Manupraba said…
yup memang terasa sangat panjang satu tahun itu apalagi jika ditambah dengan penderitaan, mungkin jika sebaliknya akan berbeda cerita.

yup sebagai penggantiku, aku terkadang merasa bersalah juga kenapa dulu tidak mempersiapkan dirimu :D. Tapi kamu berkembang jauh lebih besar dibandingkan aku... salut

hihihi kalau dulu aku sih bermasalahnya dengan pihak manajemen, kalo kamu bermasalah dengan diri kamu sendiri

berjuang jar, keluar dari lubang kesulitan, just change your paradigm and let it flows
terimakasih untuk respond-respond atas kepedulian mas faith dan mas wish sebagai koordinator-koordinator dka terdahulu. meski "dies decision" bukan berkenaan langsung dengan dka :) (hanya berlangsung di comlabs dan saya klaim memiliki efek ke kinerja saya di manapun, salah satunya di dka).

dka berubah bersama dunia, atas perubahan ini tidak perlu kita mempersalahkan diri kita. saya selalu takut jika pemikiran saya, bahwa asisten-asisten sekarang lebih money oriented dan tidak memiliki semangat independensi (semangat open source, katakanlah :) ), memang benar adanya. namun atas semua masalah ini, saya tidak tahu harus memulai analisis dari mana. perubahan sistem rekrutmen dan perbaikan efektifitas sistem 'penyambutan' asisten baru mutlak perlu, dan saya sudah memiliki ancang-ancang, yang mungkin kurang sesuai dengan keadaan, sebab belum dilakukan analisis yang tepat.

untuk saat ini, saya harap laporan program dka tahunan cepat selesai saya kerjakan :p. lalu, salah satu dari anak 2006 yang selalu merasa tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa di comlabs bersedia menjadi koordinator dka. namun jika ada seorang asisten yang mau, saya tetap khawatir pengetahuan yang saya dan orang-orang terdahulu pegang tidak tersampaikan maupun terjalankan dengan baik :).

anyway, thanks.
alot.

i know we share same pain; including the one that resolving with.... umm..... instead of dka problems


yah you all (including fajar) won't say clearly about it ^_^.

Popular posts from this blog

Dialog LXXX: Banyak Jalan Menuju Tomorrowland (Bag. 1/2)